Rabu, 29 Mei 2013

GOLONGAN DARAH




LAPORAN BIOLOGI
ACARA 3
GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA
 

NAMA : YULI NUR AZIZAH
NIM     : 120210101077
KELAS  : BIOLOGI DASAR B

   PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN AJARAN 2012/2013


       I.            JUDUL : GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA

    II.            TUJUAN :

1.      Memahami penggolongan darah manusia

 III.            DASAR TEORI:
Sistem golongan darah pada manusia ada tiga macam, yaitu sistem ABO, sistem MN, dan sistem rhesus (Rh). Ketiga penggolongan darah tersebut didasarkan atas kehadiran antigen(aglutinogen) tertentu dalam sel darah merahnya dan zat anti (agglutinin). Menurut Breinstein (Jerman) dan Furuhata (Jepang), golongan darah ini dikendalikan oleh sepasang gen.
(Waluyo, 2006: 178)
Antigen, protein yang terdapat dalam eritrosit, agglutinin dalam plasma. Agglutinin akan menyerang antigen darah segolongan orang tapi tidak darah yang segolongan dengan dia. agglutinin yang menyerang antigen itu menyebabkan terjadinya penggumpalan (aglglutinasi). (Yatim, 1987:211)
1.      Sistem ABO
Golongan darah manusia yang sering digunakan adalah sistem ABO yang ditemukan oleh K. Landsteiner pada tahun 1900 dan telah menggolongkan darah manusia menjadi 4 macam, diantaranya:
1)      Golongan darah A, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen A dan serum darah merahnya dapat membuat agglutinin (beta) atau zat anti b.
2)      Golongan darah B, yaitu bila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen B dan serum darah merahnya dapat membuat agglutinin (alfa) atau zat anti a.
3)      Golongan darah AB, yaitu bila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B, tetapi serum darahnya tidak dapat membuat agglutinin.
4)      Golongan darah O, yaitu bila di dalam sel darah merahnya tidak mengandung aglutinogen, tetapi serum darahnya dapat membuat agglutinin alfa dan agglutinin beta. (Waluyo, 2006:179)
Transfusi darah:
1)      Donor adalah orang yang memberi atau menyumbangkan  darahnya
2)      Resipien adalah orang yang menerima darah
3)      Aglutinogen bersifat sebagai antigen, sedangkan agglutinin bersifat sebagai zat anti (antibody)
4)      Agglutinin alfa menggumpalkan  sel darah yang mengandung aglutinogen  A, dan agglutinin beta menggumpalkan sel darah yang mengandung aglutinogen B.


Aturan tranfusi darah:
1)      Golongan darah A tidak dapat memberikan darah kepada golongan darah B, dan sebaliknya. Sebab akan terjadi penggumpalan atau aglutinasi.
2)      Golongan darah O hanya dapat menerima darah golongan darah O saja, tetapi dapat memberikan kepada semua golongan , sehingga golongan darah O disebut donor universal.
3)      Golongan darah AB hanya dapat memberikan darahnya kepada golongan darah AB saja, tetapi dapat menerima dari semua golongan, sehingga golongan  darah AB disebut resipien universal. (Waluyo, 2010: 173)
Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan  darah ABO, dua tetes darah yang terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan darahnya diletakkan pada sebuah slide mikroskop. Setetes serum yang mengandung agglutinin anti A (dari darah golongan B) diteteskan pada salah satutetes darah sedangkan tetes serumn yang mengandung aglutinin anti B (dari darah golongan A) diteteskan pada darah lainnya.
1)      jika serum anti A menyebabkan aglutinasi pada tetess darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)
2)      Jika serum anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memilki aglutinogen tipe B (golongan darah B)
3)      Jika kedua serum anti A dan anti B menyebabkan aglutinasi individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB)
4)      Jika kedua serum anti A dan anti B tidak menyebabkan aglutinasi individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O). (Sudjadi, 2005: 38)

2.      Sistem MN
Sitem ini merupakan jenis darah. Berbeda dengan golongan darah,  jenis darah biasanya tidak memegang peranan dalam tranfusi darah karena tidak akan menyebabkan masalah tranfusi darah antara yang berbeda jenisdarahnya selama golongan darahnya sama atau mengikuti aturan tranfusi darah. (Yatim, 1987: 212).
Ada tiga jenis darah dalam sistem MN, yaitu:
1)      Jenis M, mengandung antigen M
2)      Jenis N, mengandung antigen N
3)      Jenis MN, mengandung antigen M dan antigen N. (Waluyo, 2006: 180)
“Pada sistem MN hanya terdapat antigen pada eritrositnya tapi tak ada agglutinin dalam plasmanya” (Yatim, 1987: 213)
3.      Sistem Rhesus (Rh)
Sistem rhesus pertama kali ditemukan pada jenis kera Macaca rhesus pada tahun 1940 oleh K. Landsteiner dan Weiner. Pada jenis ini ditemukan antigen rhesus pada eritrositnya. Sistem rhesus juga berlaku pada manusia karena antigen rhesus juga dimiliki oleh manusia. Orang yang memiliki antigen rhesus dinamakan rhesus positif (Rh+), sedangkan yang tidak memilkinya disebut rhesus negatif (Rh-). sistem ini dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh.
Pada wanita Rh- kalau mengandung embrio bergolongan Rh+ untuk kandungan pertama tidak apa-apa. Tetapi untuk kandungan kedua bergolongan Rh+ juga, maka akan terjadi eritroblastolis fetalis, artinya bayi yang lahir akan menderita anemia yang parah dan di dalam darah bayi banyak beredar eritroblast, yaitu eritrosit yang belum matang sehingga tubuh menjadi kuning. Hal ini disebabkan karena eritrosit janin akan kemasukan zat anti Rh+ dari darah ibu dan mengaglutinasi eritrosit janin. (Waluyo, 2006:180)
Rhesus Rh+ bersifat dominan, oleh karena itu Rh+ tidak boleh mendonorkan darahnya ke tipe Rh- karena akan terjadi aglutinasi. Akan tetapi orang bergolongan darah Rh- boleh menyumbangkan darah ke orang bergoolongan darah Rh+. (Anonim, 2012)


 IV.            METODOLOGI PENELITIAN :
A.    Alat dan Bahan
1.      Alat
a.       Lanset/jarum steril
b.      Jarum pentul
c.       Spidol
d.      Gelas obyek
e.       Kertas putih
2.      Bahan
a.       Serum A dan B
b.      Alkohol 70%
c.       Kapas
d.      Darah segar manusia

B.    CARA KERJA
Gelas obyek dibagi menjadi dua bagian dengan diberi garis tengah

Pojok kanan gelas obyek ditulisi A dan pojok kiri gelas obyek ditulisi B

Gelas obyek diletakkan pada selembar kertas putih

Kapas diambil dengan pinset dan dicelupkan dalam alkohol
Tangan dicuci sampai bersih kemudian ujung jari manis tangan digosok dengan kapas yang telah dicelupkan dalam alkohol


Bagian tersebut ditusuk dengan lanset steril
Setetes darah ditempatkan pada bagian A dan B gelas obyek

Bekas tusukan ditutup dengan kapas yang telah dicelupkan dalam alkohol

Darah di bagian A gelas obyek ditetesi serum anti A dan diaduk hingga rata

Darah di bagian B gelas obyek ditetesi serum anti B dan diaduk hingga rata

Kedua campuran dibandingkan, jika:
a.       Terjadi penggumpalan pada bagian A, maka golongan darah A
b.      Terjadi penggumpalan pada bagian B, maka golongan darah B
c.       Terjadi penggumpalan pada bagian A dan B, maka golongan darah AB
d.      Tidak terjadi penggumpalan, maka golongan darah O





    V.            HASIL PENGAMATAN:
Golongan Darah pada Manusia

No.
Nama Probandus
Golongan Darah
1
Yuli Nur Azizah
B
2
Tiofani Jndraswari A.
B
3
M. Dodik Kurniawan
O
4
Irma Khoirul Ummah
A
5
Cici Fitri Lestari
O
6
Soleh Chudin
A

 VI.            PEMBAHASAN :
Hasil pengamatan menunjukkan 2 individu bergolongan darah A, dua individu bergolongan darah B, dan dua individu bergolongan darah O. Pada individu bergolongan darah A, ketika darahnya ditetesi dengan serum anti A maka darahnya menggumpal. Sedangkan jika darahnya ditetesi serum anti B, tidak terjadi penggumpalan darah. Pada individu bergolongan darah B terjadi penggumpalan ketika darahnya ditetesi dengan serum anti B namun ketika ditetesi serum anti A tidak terjadi penggumpalan darah. Pada individu bergolongan darah O, darah tidak menggumpal ketika ditetesi serum anti A maupun serum anti B.
Penggumpalan darah terjadi karena serum yang diteteskan pada darah menyerang antigen dalam eritrosit.Serum anti A dan serum anti B bertindak sebagai agglutinin. Sedangkan darah berfungsi sebagai penghasil antigen. Jika serum anti A diteteskan pada darah yang mengandung antigen A maka serum akan menyerang antigen A. Penyerangan ini menyebabkan terjadinya aggutinasi atau penggumpalan darah. Begitu pula jika serum anti B diteteskan pada darah yang mengandung antigen B, maka serum akan menyerang antigen B dalam eritrosit, akibatnya terjadi aglutinasi.
Golongan darah A mengandung antigen A, seperti yang telah dikemukakan diatas, serum anti A akan menyerang antigen A yang terdapat pada darah golongan A, sehingga darah menggumpal. Golongan darah B mengandung antigen B, dan jika ditetesi serum anti B maka serum anti B akan menyerang antigen pada darah yang golongan darahnya B akibatnya darah golongan B menggumpal ketika diberi serum anti B. Golongan darah O tidak memiliki antigen A maupun antigen B dalam eritrositnya, sehingga jika darah ditetesi dengan serum anti A maupun serum anti B maka kedua serum tidak akan menyerang eritrosit. Dengan demikian darah tidak akan mengalami penggumpalan.
Pada praktikum yang telah kami lakukan tidak ada satupun probandus yang memilki darah AB. Namun sebagai penambah wawasan, pembahasan ini menyampaikan bahwa golongan darah AB memilki antigen A maupun antigen B dalam eritrositnya, dan jika golongan darah AB ditetesi dengan serum anti A maupun anti B akan terjadi penggumpalan pada keduanya. sebab serum anti A akan menyerang antigen A dalam darah tersebut dan serum anti B akan menyerang antigen B dalam darah tersebut.
Selama ini penggolongan darah sistem ABO lebih sering digunakan ketimbang sitem yang lain. Penggolongan darah sistem ABO didasarkan pada susunan protein pada darahnya. Protein yang dimaksud adalah antigen dan agglutinin. Penggolongan darah sistem ABO mengenal 4 macam golongan darah yaitu golongan darah A, B, AB, O. Golongan darah A adalah darah yang di dalam eritrositnya terdapat antigen A sedang dalam plasma darahnya terdapat agglutinin b (beta). Golongan darah B adalah darah yang eritrositnya mengandung antigen B dan plasma darahnya menghasilkan agglutinin a (alfa). Golongan darah AB adalah darah yang eritrositnya mengandung antigen A dan antigen B sedangkan plasma darahnya tidak menghasilkan agglutinin  a (alfa) maupun agglutinin b (beta). Golongan darah O adalah darah yang eritrositnya tidak mengandung antigen A maupun antigen B namun plasma darahnya menghasilkan agglutinin a (alfa) dan agglutinin b (beta).
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan diatas maka proses tranfusi darah memilki beberapa aturan agar tidak terjadi kematian akibat penggumpalan darah. Dalam tranfusi darah dikenal istilah resipien dan donor. Resipien adalah orang yang menerima darah sedangkan donor adalah orang yang diambil atau memberikan  darahnya. Untuk menghindari terjadinya aglutinasi maka golongan darah A dapat mendonorkan darahnya pada resipien yang bergolongan darah A dan AB. Serta golongan darah A dapat menerima tranfusi darah dari golongan darah A dan O. Golongan darah B dapat mendonorkan darahnya pada resipien yang bergolongan darah B dan AB. Serta golongan darah B dapat menerima tranfusi darah dari golongan darah B dan O. Golongan darah AB dapat mendonorkan darahnya pada resipien yang bergolongan darah AB saja. Selain itu, golongan darah AB dapat menerima tranfusi darah dari golongan darah A, B, AB, dan O sehingga golongan darah AB disebut resipien universal (dapat menerima darah dari semua golongan darah). Golongan darah O dapat mendonorkan darahnya pada resipien yang bergolongan darah A, B,AB, dan O sehingga disebut donor universal (dapat mendonorkan darahnya kepada semua golongan darah). Namun, golongan darah O hanya dapat menerima tranfusi darah dari golongan darah O saja. Aturan ini dimaksudkan agar tidak terjadi pertemuan antara antigen A dengan agglutinin a dan antigen B dengan agglutinin b. Meskipun demikian, pada prakteknya tranfusi darah dilakukan antara golongan yang sama.

VII.            KESIMPULAN :
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa penggolongan darah sitem ABO mengenal 4 golongan darah yaitu A, B, AB, dan O. Golongan darah  A mengandung antigen A dalam eritrositnya dan agglutin beta dalam plasma darahnya. Golongan darah B mengandung antigen B dalam eritrositnya dan agglutinin alfa dalam plasma darahnya. Golongan darah AB mengandung antigen A dan antigen B dalam eritrositnya dan tidak memiliki agglutinin alfa dan agglutinin beta dalam plasma darahnya. Golongan darah O tidak mengandung antigen A dan antigen B dalam eritrositnya dan memiliki agglutinin alafa dan agglutinin beta dalam plasma darahnya. Agglutinin menyerang antigen yang diberi simbol sama dan penyerangan ini dapat menyebabkan aglutinasi atau pengumpalan darah yang berakhir kematian. sehingga dalam satu individu tidak terdapat agglutinin yang memilki simbol yang sama dengan antigennya.




DAFTAR PUSTAKA
            Anonim. 2012. Golongan Daeah Sistem ABO. Kosepbiologi.wordpress.com.[diakses tanggal 11 april 2013]
            Sudjadi. 2005.  Biologi Sains Dalam Kehidupan 2A. Surabaya: Yudhistira
Waluyo, J. 2006. Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember
Waluyo, J. 2010. Biologi Umum. Jember:Universitas Jember
            Yatim, W. 1987. Biologi. Bandung: Tarsisto