LAPORAN BIOLOGI
ACARA 3
GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA
NAMA :
YULI NUR AZIZAH
NIM :
120210101077
KELAS :
BIOLOGI DASAR B
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN AJARAN 2012/2013
I.
JUDUL : GOLONGAN
DARAH PADA MANUSIA
II.
TUJUAN :
1.
Memahami penggolongan darah manusia
III.
DASAR TEORI:
Sistem golongan darah pada manusia ada tiga macam, yaitu sistem ABO, sistem
MN, dan sistem rhesus (Rh). Ketiga penggolongan darah tersebut didasarkan atas
kehadiran antigen(aglutinogen) tertentu dalam sel darah merahnya dan zat anti
(agglutinin). Menurut Breinstein (Jerman) dan Furuhata (Jepang), golongan darah
ini dikendalikan oleh sepasang gen.
(Waluyo, 2006: 178)
Antigen, protein yang terdapat dalam eritrosit, agglutinin dalam plasma. Agglutinin
akan menyerang antigen darah segolongan orang tapi tidak darah yang segolongan
dengan dia. agglutinin yang menyerang antigen itu menyebabkan terjadinya
penggumpalan (aglglutinasi). (Yatim, 1987:211)
1.
Sistem ABO
Golongan darah manusia yang sering digunakan adalah
sistem ABO yang ditemukan oleh K. Landsteiner pada tahun 1900 dan telah
menggolongkan darah manusia menjadi 4 macam, diantaranya:
1)
Golongan darah A, yaitu apabila di dalam sel darah
merahnya mengandung aglutinogen A dan serum darah merahnya dapat membuat
agglutinin (beta) atau zat anti b.
2)
Golongan darah B, yaitu bila di dalam sel darah merahnya mengandung
aglutinogen B dan serum darah merahnya dapat membuat agglutinin (alfa) atau zat
anti a.
3)
Golongan darah AB, yaitu bila di dalam sel darah merahnya
mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B, tetapi serum darahnya tidak dapat
membuat agglutinin.
4)
Golongan darah O, yaitu bila di dalam sel darah merahnya
tidak mengandung aglutinogen, tetapi serum darahnya dapat membuat agglutinin
alfa dan agglutinin beta. (Waluyo, 2006:179)
Transfusi darah:
1)
Donor adalah orang yang memberi atau menyumbangkan darahnya
2)
Resipien adalah orang yang menerima darah
3)
Aglutinogen bersifat sebagai antigen, sedangkan
agglutinin bersifat sebagai zat anti (antibody)
4)
Agglutinin alfa menggumpalkan sel darah yang mengandung aglutinogen A, dan agglutinin beta menggumpalkan sel
darah yang mengandung aglutinogen B.
Aturan tranfusi darah:
1)
Golongan darah A tidak dapat memberikan darah kepada golongan
darah B, dan sebaliknya. Sebab akan terjadi penggumpalan atau aglutinasi.
2)
Golongan darah O hanya dapat menerima darah golongan
darah O saja, tetapi dapat memberikan kepada semua golongan , sehingga golongan
darah O disebut donor universal.
3)
Golongan darah AB hanya dapat memberikan darahnya kepada
golongan darah AB saja, tetapi dapat menerima dari semua golongan, sehingga
golongan darah AB disebut resipien
universal. (Waluyo, 2010: 173)
Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan darah ABO, dua tetes darah yang terpisah dari
orang yang akan diperiksa golongan darahnya diletakkan pada sebuah slide
mikroskop. Setetes serum yang mengandung agglutinin anti A (dari darah golongan
B) diteteskan pada salah satutetes darah sedangkan tetes serumn yang mengandung
aglutinin anti B (dari darah golongan A) diteteskan pada darah lainnya.
1)
jika serum anti A menyebabkan aglutinasi pada tetess
darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)
2)
Jika serum anti B menyebabkan aglutinasi, individu
tersebut memilki aglutinogen tipe B (golongan darah B)
3)
Jika kedua serum anti A dan anti B menyebabkan aglutinasi individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B
(golongan darah AB)
4)
Jika kedua serum anti A dan anti B tidak menyebabkan
aglutinasi individu tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).
(Sudjadi, 2005: 38)
2.
Sistem MN
Sitem ini merupakan jenis darah. Berbeda dengan golongan
darah, jenis darah biasanya tidak
memegang peranan dalam tranfusi darah karena tidak akan menyebabkan masalah
tranfusi darah antara yang berbeda jenisdarahnya selama golongan darahnya sama
atau mengikuti aturan tranfusi darah. (Yatim, 1987: 212).
Ada tiga jenis darah dalam sistem MN, yaitu:
1)
Jenis M, mengandung antigen M
2)
Jenis N, mengandung antigen N
3)
Jenis MN, mengandung antigen M dan antigen N. (Waluyo,
2006: 180)
“Pada sistem MN hanya terdapat antigen pada eritrositnya tapi tak ada agglutinin
dalam plasmanya” (Yatim, 1987: 213)
3.
Sistem Rhesus (Rh)
Sistem rhesus pertama kali ditemukan pada jenis kera Macaca
rhesus pada tahun 1940 oleh K. Landsteiner dan Weiner. Pada jenis ini
ditemukan antigen rhesus pada eritrositnya. Sistem rhesus juga berlaku pada
manusia karena antigen rhesus juga dimiliki oleh manusia. Orang yang memiliki
antigen rhesus dinamakan rhesus positif (Rh+), sedangkan yang tidak
memilkinya disebut rhesus negatif (Rh-). sistem ini dikendalikan
oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh.
Pada wanita Rh- kalau mengandung embrio
bergolongan Rh+ untuk kandungan pertama tidak apa-apa. Tetapi untuk
kandungan kedua bergolongan Rh+ juga, maka akan terjadi eritroblastolis
fetalis, artinya bayi yang lahir akan menderita anemia yang parah dan di
dalam darah bayi banyak beredar eritroblast, yaitu eritrosit yang belum matang
sehingga tubuh menjadi kuning. Hal ini disebabkan karena eritrosit janin akan
kemasukan zat anti Rh+ dari darah ibu dan mengaglutinasi eritrosit
janin. (Waluyo, 2006:180)
Rhesus Rh+ bersifat dominan, oleh karena itu
Rh+ tidak boleh mendonorkan darahnya ke tipe Rh- karena
akan terjadi aglutinasi. Akan tetapi orang bergolongan darah Rh-
boleh menyumbangkan darah ke orang bergoolongan darah Rh+. (Anonim,
2012)
IV.
METODOLOGI
PENELITIAN :
A.
Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
Lanset/jarum steril
b.
Jarum pentul
c.
Spidol
d.
Gelas obyek
e.
Kertas putih
2.
Bahan
a.
Serum A dan B
b.
Alkohol 70%
c.
Kapas
d.
Darah segar manusia
B. CARA KERJA
Gelas obyek dibagi
menjadi dua bagian dengan diberi garis tengah
|
Pojok kanan gelas
obyek ditulisi A dan pojok kiri gelas obyek ditulisi B
|
Gelas obyek
diletakkan pada selembar kertas putih
|
Kapas diambil dengan
pinset dan dicelupkan dalam alkohol
|
Tangan dicuci sampai
bersih kemudian ujung jari manis tangan digosok dengan kapas yang telah
dicelupkan dalam alkohol
|
Bagian tersebut
ditusuk dengan lanset steril
|
Setetes darah
ditempatkan pada bagian A dan B gelas obyek
|
Bekas tusukan ditutup
dengan kapas yang telah dicelupkan dalam alkohol
|
Darah di bagian A
gelas obyek ditetesi serum anti A dan diaduk hingga rata
|
Darah di bagian B
gelas obyek ditetesi serum anti B dan diaduk hingga rata
|
Kedua campuran dibandingkan, jika:
a. Terjadi penggumpalan pada bagian A, maka
golongan darah A
b. Terjadi penggumpalan pada bagian B, maka
golongan darah B
c. Terjadi penggumpalan pada bagian A dan B,
maka golongan darah AB
d.
Tidak terjadi penggumpalan, maka golongan darah O
|
V.
HASIL
PENGAMATAN:
Golongan Darah pada Manusia
No.
|
Nama Probandus
|
Golongan Darah
|
1
|
Yuli Nur Azizah
|
B
|
2
|
Tiofani Jndraswari A.
|
B
|
3
|
M. Dodik Kurniawan
|
O
|
4
|
Irma Khoirul Ummah
|
A
|
5
|
Cici Fitri Lestari
|
O
|
6
|
Soleh Chudin
|
A
|
VI.
PEMBAHASAN :
Hasil pengamatan menunjukkan 2 individu bergolongan darah
A, dua individu bergolongan darah B, dan dua individu bergolongan darah O. Pada
individu bergolongan darah A, ketika darahnya ditetesi dengan serum anti A maka
darahnya menggumpal. Sedangkan jika darahnya ditetesi serum anti B, tidak
terjadi penggumpalan darah. Pada individu bergolongan darah B terjadi
penggumpalan ketika darahnya ditetesi dengan serum anti B namun ketika ditetesi
serum anti A tidak terjadi penggumpalan darah. Pada individu bergolongan darah
O, darah tidak menggumpal ketika ditetesi serum anti A maupun serum anti B.
Penggumpalan darah terjadi karena serum yang diteteskan
pada darah menyerang antigen dalam eritrosit.Serum anti A dan serum anti B
bertindak sebagai agglutinin. Sedangkan darah berfungsi sebagai penghasil
antigen. Jika serum anti A diteteskan pada darah yang mengandung antigen A maka
serum akan menyerang antigen A. Penyerangan ini menyebabkan terjadinya
aggutinasi atau penggumpalan darah. Begitu pula jika serum anti B diteteskan pada
darah yang mengandung antigen B, maka serum akan menyerang antigen B dalam
eritrosit, akibatnya terjadi aglutinasi.
Golongan darah A mengandung antigen A, seperti yang telah
dikemukakan diatas, serum anti A akan menyerang antigen A yang terdapat pada darah
golongan A, sehingga darah menggumpal. Golongan darah B mengandung antigen B,
dan jika ditetesi serum anti B maka serum anti B akan menyerang antigen pada
darah yang golongan darahnya B akibatnya darah golongan B menggumpal ketika
diberi serum anti B. Golongan darah O tidak memiliki antigen A maupun antigen B
dalam eritrositnya, sehingga jika darah ditetesi dengan serum anti A maupun
serum anti B maka kedua serum tidak akan menyerang eritrosit. Dengan demikian
darah tidak akan mengalami penggumpalan.
Pada praktikum yang telah kami lakukan tidak ada satupun
probandus yang memilki darah AB. Namun sebagai penambah wawasan, pembahasan ini
menyampaikan bahwa golongan darah AB memilki antigen A maupun antigen B dalam
eritrositnya, dan jika golongan darah AB ditetesi dengan serum anti A maupun
anti B akan terjadi penggumpalan pada keduanya. sebab serum anti A akan
menyerang antigen A dalam darah tersebut dan serum anti B akan menyerang
antigen B dalam darah tersebut.
Selama ini penggolongan darah sistem ABO lebih sering
digunakan ketimbang sitem yang lain. Penggolongan darah sistem ABO didasarkan
pada susunan protein pada darahnya. Protein yang dimaksud adalah antigen dan
agglutinin. Penggolongan darah sistem ABO mengenal 4 macam golongan darah yaitu
golongan darah A, B, AB, O. Golongan darah A adalah darah yang di dalam
eritrositnya terdapat antigen A sedang dalam plasma darahnya terdapat
agglutinin b (beta). Golongan darah B adalah darah yang eritrositnya mengandung
antigen B dan plasma darahnya menghasilkan agglutinin a (alfa). Golongan darah
AB adalah darah yang eritrositnya mengandung antigen A dan antigen B sedangkan
plasma darahnya tidak menghasilkan agglutinin
a (alfa) maupun agglutinin b (beta). Golongan darah O adalah darah yang
eritrositnya tidak mengandung antigen A maupun antigen B namun plasma darahnya
menghasilkan agglutinin a (alfa) dan agglutinin b (beta).
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan diatas maka proses
tranfusi darah memilki beberapa aturan agar tidak terjadi kematian akibat
penggumpalan darah. Dalam tranfusi darah dikenal istilah resipien dan donor. Resipien
adalah orang yang menerima darah sedangkan donor adalah orang yang diambil atau
memberikan darahnya. Untuk menghindari
terjadinya aglutinasi maka golongan darah A dapat mendonorkan darahnya pada
resipien yang bergolongan darah A dan AB. Serta golongan darah A dapat menerima
tranfusi darah dari golongan darah A dan O. Golongan darah B dapat mendonorkan
darahnya pada resipien yang bergolongan darah B dan AB. Serta golongan darah B
dapat menerima tranfusi darah dari golongan darah B dan O. Golongan darah AB
dapat mendonorkan darahnya pada resipien yang bergolongan darah AB saja. Selain
itu, golongan darah AB dapat menerima tranfusi darah dari golongan darah A, B,
AB, dan O sehingga golongan darah AB disebut resipien universal (dapat menerima
darah dari semua golongan darah). Golongan darah O dapat mendonorkan darahnya
pada resipien yang bergolongan darah A, B,AB, dan O sehingga disebut donor
universal (dapat mendonorkan darahnya kepada semua golongan darah). Namun,
golongan darah O hanya dapat menerima tranfusi darah dari golongan darah O
saja. Aturan ini dimaksudkan agar tidak terjadi pertemuan antara antigen A dengan
agglutinin a dan antigen B dengan agglutinin b. Meskipun demikian, pada
prakteknya tranfusi darah dilakukan antara golongan yang sama.
VII.
KESIMPULAN :
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa penggolongan darah sitem ABO
mengenal 4 golongan darah yaitu A, B, AB, dan O. Golongan darah A mengandung antigen A dalam eritrositnya dan
agglutin beta dalam plasma darahnya. Golongan darah B mengandung antigen B
dalam eritrositnya dan agglutinin alfa dalam plasma darahnya. Golongan darah AB
mengandung antigen A dan antigen B dalam eritrositnya dan tidak memiliki
agglutinin alfa dan agglutinin beta dalam plasma darahnya. Golongan darah O
tidak mengandung antigen A dan antigen B dalam eritrositnya dan memiliki
agglutinin alafa dan agglutinin beta dalam plasma darahnya. Agglutinin
menyerang antigen yang diberi simbol sama dan penyerangan ini dapat menyebabkan
aglutinasi atau pengumpalan darah yang berakhir kematian. sehingga dalam satu
individu tidak terdapat agglutinin yang memilki simbol yang sama dengan
antigennya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Golongan
Daeah Sistem ABO. Kosepbiologi.wordpress.com.[diakses tanggal 11 april
2013]
Sudjadi. 2005. Biologi Sains Dalam Kehidupan 2A.
Surabaya: Yudhistira
Waluyo, J. 2006. Biologi Dasar. Jember:
Universitas Jember
Waluyo, J. 2010. Biologi Umum. Jember:Universitas
Jember
Yatim, W. 1987. Biologi.
Bandung: Tarsisto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar